Minggu, 11 Desember 2011

Fitnah Salafy Sesat!


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du



Bismillah

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,karena hanya dengan izin dan rahmatnya penulis dapat meluangkan dan menuliskan artikel tentang 
Fitnah Salafy/Salafi Sesat ini..
Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam beserta keluarga dan sahabat Beliau.

Sudah banyak orang yang tahu,arti dan makna dari Salafy atau Salafi,entah dari dunia nyata ataupun dari dunia maya,entah dari lisan maupun dari berbagai media komunikasi.
Salafy dalam garis besar bermakna mewujudkan sunnah Rosulalloh Salallahu’alaihi wassalam sesuai dengan pemahaman para 
salafus sholih yakni generasi sahabat dan yang mengikutinya (para ulama salaf).

Mengapa salafy memiliki banyak arti dan juga memiliki reputasi yang berbeda-beda jika informasi yang di dapat kita percayakan hanya dari sumber-sumber,entah lisan,media maupun dari shubat-shubat dalam masyarakat?

Salafy,identik dengan penampilan secara dhohir yang mana dapat mudah disaksikan dan disimpulkan bahkan oleh orang yang buta agama sekalipun.
Misal,
celana yang ngatung,jenggot yang panjang,sikap yang pendiam dan dingin dan tak sembarangan dalam bersosialisasi.

Bagi kaum awam atau manusia pada umumnya,akan cepat memvonis dan beranggapan bahwa ‘manusia’ salafy memang seperti itu.
Apakah memang demikian keadaanya?

Nah,inilah yang Insya Allah akan kita bahas panjang lebar tanpa menampilkan dalil (bukan berarti tidak memiliki dalil) ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan menghidari prasangka memihak pihak tertentu.

Ada beberapa faktor yang menimbulkan Salafy dianggap sesat dan menyesatkan,antara lain syubhat (tuduhan yang belum tentu kebenarannya) seseorang yang:
1.Minim ilmu pengetahuannya.
2.Mengaku salafy namun bertindak diluar perbuatan para salafus shalih.
3.Firqoh atau golongan yang mengatas namakan Salafy.
4.Orang Islam yang sudah kehilangan kemurnian Ajaran Agamanya sendiri.


Sebenarnya masih banyak alasan-alasan lain dan sebab juga factor yang menimbulkan nama dan reputasi Salafy 
begitu asing,dianggap sesat,dan dianggap pula terlalu fanatik dalam urusan agama dalam kehidupan masyarakat,yang mana masyarakat saat ini masih begitu kental dengan budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging seperti yang terjadi di negeri Indonesia ini.

A.Minimnya Ilmu Pengetahuan


Faktor ini adalah factor yang utama,karena hanya sedikit orang yang akan meneliti kembali sebelum ia membuktikan sendiri atas kebenaran berita yang ia dengar dan ia terima.

Misal,contoh kecil tuduhan bahwa salafy adalah wahabi.

Yang padahal sebenarnya julukan ‘wahabi’ ini dibuat oleh para lawan-lawan ulama salaf yang mana lawan-lawan ini tidak terima jika mereka dikatakan sebagai ahlul bid’ah oleh para ulama salaf.

Mengapa mereka menjuluki ‘wahabi’?

Karena gerakan salaf atau mengembalikan dan menghidupkan kembali sunnah nabi dan seperti apa yang dilakukan oleh para sahabat di zaman nabi,dihidupkan kembali oleh 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 H – 724 H) di Abad ke VII dan dijayakan kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1702 M – 1787 M) yang oleh lawan-lawanya dinamakan ‘wahabiyyah’ sedang pengikut Muhammad bin Abdul Wahab sendiri menamakan diri mereka ‘al-muwahhidun’ yang sebagian besar mengambil madzab Hanbali yang disesuaikan dengan tafsir syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Siapakah sebenarnya 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah?
Apakah beliau memang benar telah rusak aqidahnya seperti apa yang dikatakan mereka yang kurang menyukai sosok Ibnu Taimiyyah?

Tanpa memihak,sedikit saya akan membahas siapakah beliau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Nama dari ulama besar dan ahli hukum besar ini adalah
Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hanbali. 

Ia lahir di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul awal 661 H atau 22 Januari 1263 M.
Meskipun Ibnu Taimiyah sebenarnya adalah seorang yang bermadzhab hanbali,tetapi ia tidak mau mengikatkan dirinya kepada seluruh cara berfikir Ahmad bin Hanbal,tetapi ia sendiri menganggap sebagai seorang Mudjtahid fil Mazhab,sebagai imam-imam mazhab yang lain-lain itu dengan keyakinan bahwa menurut ajaran agama Islam ia berhak penuh berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah menetapkan suatu hukum sebagaimana ulama-ulama yang menamakan dirinya mudtahid-mudjtahid.

Sebagai anak kelahiran Harran,yang mempunyai sifat-sifat keberanian dan ketegasan,ia tidak pernah tunduk apa lagi sesudah ia menjadi ulama besar dan ahli fatwa Islam yang disegani,ia tidak pernah ragu-ragu dalam mempertahankan pendirian-pendirian ahli salaf.

Ia merupakan musuh besar daripada orang-orang yang memasukkan kemasehian dan kemadjusian dalam Islam dan ia menjadi musuh besar bagi orang-orang yang membuat amal baru atau bid’ah dalam Islam,tidak ada satupun merasa aman terhadap Ibn Taimiyah,terutama aliran-aliran Charidjiyah,Murdjiyah,Rafidhah,Qadariyah,Mu’tazilah,Karmatiyah,Asy’ariyah,dll

Terhadap Imam Al-Ghazali,Ibn Taimiyah juga mengusut kepada kitab Al-MunQiz dan Ihya Ulumuddin,karena dalam kitab itu banyak sekali memakai hadits dha’if.

Dari sudut filsafat,Ibnu Taimiyyah juga mengusut Ibnu Sina dan Ibnu Sab’in yang telah banyak memasukkan paham-paham filsafat Yunani kedalam ajaran Islam.
Ia bertanya:’Bukankah filsafat itu membawa kepada syirik dan melemahkan Islam?’
Ia mengatakan terhadap orang sufi:’Orang sufi dan mutakallimun sebenarnya timbul dari satu jurang yang sama’.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memperingatkan bahwa Islam diturunkan untuk memperbaiki paham-paham yang salah,yang dimasukkan dari paham Yahudi dan Nasrani.

Dari itu,beliau mendapat serangan balik dari kanan maupun kiri,dari dunia Kristen,yahudi maupun dari berbagai sempalan Islam itu sendiri.
Sehingga Sultan Islam setempat dan hakim-hakimnya terpaksa ikut campur melindungi beliau dengan memasukkanya di dalam penjara.

Ibnu Taimiyah telah menghilang untuk sementara waktu,tetapi penganut pahamnya tumbuh bak jamur dimusim hujan,diantaranya Ibnu Qayyim dan Abdul Wahab Nadjdi.

Meninggalnya beliau membuat gempar seluruh Damaskus.

Semua penduduk Damaskus merasa kehilangan,baik musuh maupun kawanya menerima hari kematianya dengan air mata bertetesan.
Damaskus menujukkan kehormatan yang paling besar pada dirinya,Dua ratus ribu laki-laki dan lima belas ribu perempuan mengantarkan jenazah sang mudjtahid dan seorang ulama besar di zamanya itu.
Ibnu Al-Waqidi mengucapkan rangkaian sajak,yang membuat Ibnu Taimiyah seakan-akan hidup kembali ditengah-tengah hadirin yang melaut itu dengan perjuangannya:
‘Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Muhammad Rasulalloh Salallahu’alaihiwassalam yang Sebenar-benarnya’.

Itulah sekelumit sejarah Ibnu Taimiyah r,semoga Allah merahmati beliau.Amin.

Jadi,masalah salafy,wahaby,atau apapun itu sebenarnya hanyalah masalah nama,apapun nama yang kita lontarkan pada seseorang apakah sudah bercermin pada diri kita? tanpa kita ketahui begitu pentingnya menuntut ilmu terlebih dahulu untuk mencari yang sebenarnya,mana yang haq dan mana yang baatil?

Selain itu,nama wahabi ini juga merupakan fitnah yang tidak mendasar dan bukan bentuk sikap SMART dalam menanggapi suatu agama yang sebenarnya merupakan masalah terpenting dari yang paling penting dibandingkan urasanya didunia ini.
Jika kita selalu berfikir smart,tentu kita tidak akan melakukan taklid buta terhadap agama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang kita.

Kita akan terus mencari kebenaran-kebenaran dan tentunya sesuai tuntunan agama kita dan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh nabi kita dan menjauhi segala apa yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Rosulualloh Salallahu’alaihi wassalam meskipun fitnah dan tuduhan-tuduhan tak henti-hentinya untuk menyerang dan menenggelamkannya.

Sesat atau tidaknya suatu agama Islam ini,kita dapat melihat dari bagaimana cara mereka sholat,bermasyarakat,memimpin keluarga bahkan bagaimana cara dia bertutur sapa dan berkewarganegaraan.
Jika sesorang pernah melanggar syari’at Islam,toh belum tentu juga dia adalah seorang yang 
sesat juga kafir,bisa karena kejahilannya bisa juga karena minimnya pemahamnya.
Kita harus dan perlu menanyakan apakah yang kita kira sesat itu ada dalam Islam ini? dan apakah kita selama ini telah melakukan apa yang telah disyari’atkan oleh agama sehingga dengan mudahnya kita menganggap mereka sesat?

Sebagian besar kita,jika yakin dengan agama yang dibawa nenek moyang kita,tanpa memiliki keinginan hati untuk mencari kebenaran yang sebenarnya,tentu sekecil apapun itu ia tidak akan berfikir untuk menanyakan hal-hal yang belum dan baru ia akan ketahui.
Dan hal ini cenderung lebih cepat menganggap sesat suatu aliran agama jika tidak sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki yang ia anggap sudah benar.

Ini sebuah fenomena menyedihkan juga memprihatinkan di masyarakat dalam menanggapi suatu ‘ilmu baru’ khususnya dalam bidang agama.

Sebagai perumpamaan,sebagus apapun suatu tempat pendidikan (sekolah),sarana prasaranya paling lengkap,guru-gurunya juga terkenal dan paling tersohor sedang para siswanya adalah orang-orang yang memang gemar berkelakuan tidak baik,suka tawuran,suka bolos,free sex,narkotika dan semacamnya.
Apakah hal seperti ini memiliki indikasi bahwa sekolah tersebut gagal dan tidak layak?
Tentu tidak.

Begitu juga dengan agama Islam tercinta ini,sebaik apapun ajaran didalamnya,jika para penganutnya belum dapat melakukan apa yang telah disyari’atkan dan apa yang telah dilarang,bukan berarti agama yang tidak baik melainkan kembali pada individu masing-masing.

Sekarang,lihat,seseorang menjalankan sunnah (missal celana ngatung atau jenggot panjang) sudah seperti manusia aneh dan asing bukan?,ini karena sejak kita lahir,kita tidak mengenal dan tidak pula dikenalkan dengan kemurnian Islam itu sendiri.

Akibatnya?

Kemurnian Islam perlahan menghilang ditelan dengan budaya-budaya kafir ;gossip,musik,dll yang mana bukankah hal tersebut sudah tegas dilarang dalam Islam?

Masa’ sih gossip ama musik dilarang? (itulah pertanyaan kita yang memang dari kecil telah kita ketahui bahwa hal tersebut adalah sah-sah saja,namun apakah memang hal tersebut dilarang? hanya orang-orang tertentu yang memiliki rasa untuk menanyakan kembali hal tersebut.)

Kemurnian Islam perlahan menghilang dan menjadi asing,sama seperti halnya saat Islam itu datang.
‘Dia datang dengan asing dan akan kembali menjadi asing’

Contoh konkritnya,sangat banyak kita lihat sahabatku..!

Shalat berjama’ah,apakah setiap kaum pria 
muslim tidak diwajibkan melakukan shalat berjama’ah di masjid?
Apakah wanita muslimah diperbolehkan membuka aurat di tempat-tempat umum dan yang bukan mahromnya saat ia telah baligh?
Apakah isbal (menurunkan celana,sarung,jubah sampai dibawah mata kaki) tidak dilarang dalam Islam?
Apakah istri-istri diperbolehkan keluar rumah meskipun tanpa udzur sekalipun?
Apakah musik dan gambar-gambar juga obyek-obyek menyerupai makhluk bernyawa itu juga halal dan diperbolehkan dalam Islam?
Apakah kisah fiktif,gossip,kartun yang tidak ada hubungannya dengan mengingat Allah diperbolehkan dalam Islam?
Apakah salam-salaman yang bukan mahromnya dihalalkan dalam Islam?
Apakah sudah menjadi kebiasaan wanita dan pria bukan mahromnya bersatu,bersendau gurau,berpegangan tangan,sehingga meninggalkanya seolah-olah sebuah perkara yang asing dan tabu?

Mengapa saya menanyakan hal seperti ini?
Tentu,karena ini yang terjadi di masyarakat kita yang mayoritas mengaku beragama Islam.
Tapi,bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Rasul-Nya telah melarang hal-hal tersebut seperti diatas?
Lalu agama apa yang mereka anut itu?

Ini adalah bukti bahwa ketidaktahuan dan minimnya ilmu pengetahuan akan menyesatkan kita lebih dalam,dalam dan lebih dalam lagi hingga sudah tak dapat lagi hati kita menerima berita yang benar lagi baik.

B. Mengaku Salafy Namun Bertindak diluar Perbuatan para Salafus Shalih


Inilah faktor lain yang membawa nama Islam menjadi terpuruk dan semakin menjadi bahan olokan orang-orang kafir.

Tidak sedikit kita menjumpai para ikhwan dan akhwat yang mengaku ‘salaf’ mengikuti sunnah nabi tapi dalam kesehariannya masih merokok,menggunjing,bercanda yang tidak pada tempatnya,tidak murah senyum,sulit bersosialisasi,bersifat kaku dalam masyarakat,mendengarkan musik,menonton televisi,sibuk berpolitik,bernyanyi dan kurang memahami serta mensyukuri apa yang sebenarnya Islam ajarkan pada hamba-hambanya.

Hal-hal tersebut membuka pintu orang-orang kafir dalam memvonis dan mencari selah dalam menyimpulkan salafy adalah ajaran sesat dalam Islam.

Jika,kita para ikhwan,akhwat seluruh kaum muslimin beri’tiqad menjalankan apa yang disyari’atkan dan menjauhi apa yang dilarang,berpegang pada Qur’an dan Sunnah,istiqamah,tentu kita akan melakukannya tanpa terkecuali.
Kecuali jika hawa nafsu memang belum penuh dapat kita kuasai,maka janganlah sekali-kali kita merasa aman atas amal apa yang telah kita lakukan.

C. Firqah atau Golongan yang Mengatasnamakan Salafy


Faktor inilah yang paling banyak dan memungkinkannya nama ‘salafy’ adalah dianggap sebagai aliran sesat,khususnya bagi kaum muslimin yang belum mengenal ajaran Islam yang murni.

Salafy atau ahlussunnah adalah sebuah nama yang sebenarnya diperebutkan dan juga banyak diinginkan oleh golongan-golongan terutama dalam firqoh-firqoh Islam yang telah terbagi menjadi 73 Golongan ini.
Mereka semua mengaku merekalah ahlussunnah,golongan yang ini menganggap sesat golongan yang itu.

Dalam firqoh-firqoh Islam entah itu Syi’ah,Khawarij,Mu’tazilah,Batiniyah,Qadariyah,dll memiliki aqidah yang berbeda terutama dalam masalah fiqih dan ke-tauqid-an.
Dan mereka mengaku sebagai salafy,ahlusunnah wal jamaah,dan pengikut generasi salafuh shalih.
Masyarakat pada umumnya yang masih awam,dengan mengenal salah satu firqoh dan mengenali ilmu fiqih dan tauhid akan berpendapat,’oh,seperti ini toh salafy itu?’.

Padahal,Salafy atau Ahlussunnah wal Jamaah adalah Islam itu sendiri yang mana beri’tiqad memurnikan Aqidah dan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Salafy tidak memihak,mereka berada ditengah-tengah,mereka tetap berpegang dengan Qur’an dan Hadits,mereka menolak bid’ah dalam syari’at Islam,mereka menjaga kemurnian Islam dari hama-hama dan ulama-ulama Ahlul Bid’ah,mereka tegar dan istiqomah diatas sunnah tanpa terpengaruhi dengan olok-olokan,ejekan,gunjingan,umpatan,fitnah dan kedzaliman masyarakat-masyarakat yang sudah mulai terkikis keimanan dan ketauhidanan masyarakat-masyarakat tersebut dari budaya-budaya kafir yang malah mereka bela daripada syari’at agama mereka sendiri,Na’udzubillah!

Hal inilah yang membuat nama salafy bertambah asing dan tidak diperjuangkan lagi,karena selain minimnya ilmu pengetahuan kita,juga karena budaya kafir yang telah mengaburkan kemurnian Islam yang seharusnya kita sebagai penganutnya memiliki kewajiban dalam menjaganya.

D.Orang Islam yang Kehilangan Kemurnian Ajaran Agamanya


Seperti kita tahu,nenek moyang kita,sebagian besar bukanlah menuntun kita dalam memperoleh dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala,melainkan memperkenalkan dengan berbagai macam praktek menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,seperti;Jampi-jampi,Pintan,Zodiak,Ramalan Bintang,Primbon,dll.

Dan jangan salahkan jika masyarakat kita saat ini lebih cenderung membela apa yang mereka pertama kali dapatkan dari nenek moyang mereka daripada membela kemurnian ajaran yang selama ini mereka anggap agamanya itu,yakni Islam.

Hanya orang-orang yang diberi Allah Hidayah yang akan mencari tahu keselamatan dirinya sendiri baik dunia maupun di akhirat,yakni dengan selalu mencari kebenaran dari berdo’a,menuntut ilmu,dan selalu berikhtiar.

Sekarang perhatikan sahabatku,..

Seseorang meninggalkan acara Tahlilan, sudah pasti akan menjadi buah bibir masyarakat dan sanksi sosial itulah yang kadang membuat seseorang terpaksa melakukanya yang padahal orang itu itu mengetahui bahwa Tahlilan tersebut bukanlah sebuah syari’at Islam bahkan merupakan bid’ah yang mungkar.
Tetapi,saat ada saudara kita meninggalkan shalat jum’at atau shalat wajib berjama’ah di Masjid yang merupakan sebuah kewajiban,tak ada seorangpun mempermasalahkan hal tersebut.

Apakah kita terlalu bodoh sehingga tidak dapat membedakan mana yang wajib,mana yang sunnah dan apalagi mana yang bid’ah???
Apakah kita beramal dan beribadah semata-mata hanya untuk dipandang dan agar tidak diasingkan dalam masyarakat???
Begitu besarkah nilai penghormatan dan pujian orang dan derajat dihadapan orang dibandingkan dengan derajat kita di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala???

Perhatikan lagi sahabatku..

Bid’ah lebih disukai Syetan daripada maksiat,maka waspadalah dan berjhati-hatilah.
Mengapa?

Jika maksiat jelas sebuah dosa yang dapat ditebus dengan taubat,maka bid'ah seseorang akan sulit untuk ditinggalkan karena sudah dianggap bagian dari syari'at dan dianggap pula sebuah kebaikan,jika mereka diperintahkan untuk bertaubat,mereka akan menjawab 'memangnya apa yang telah aku lakukan sehingga aku harus bertaubat?'
Syetan menang kembali..

Percakapan dua ulama:

Ulama A:
‘menurutku tahlilan itu bid’ah,dan bid’ah itu adalah kesesatan dan amalnya juga tertolak.
Akan lebih baik mengamalkan apa yang disampaikan oleh Rasul yang jelas bukan bid’ah dan yang jelas juga diterima amalnya,dapat pahala karena tidak melakukan bid’ah yaitu tidak melakukan maksiat terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala’

Ulama B:
‘menurutku tahlilan itu boleh-boleh saja yang terpenting baik niatnya meskipun tidak dicontohkan oleh Rasul,masalah diterima-tidaknya itu urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala kita hanya berusaha sebaik mungkin dan bentuk berbakti anak terhadap orang tuanya yang telah meninggal dunia.’

Ulama A:
‘apakah kita kmengira Rasul masih kurang dalam menyampaikan ajaran Islam ini,sehingga ada tambahan-tambahan baru yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi?
Bukankah berbakti kepada orang tua adalah dengan mendoakan dan sama-sama saling memberikan nasehat yang benar? Tentu sesuai dengan apa yang Islam tuntunkan?’

Ulama B:
‘Bukankah akan lebih baik jika Islam ini diperkaya dengan cara-cara Islami tentu tidak bertujuan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.’

Ulama A:
‘Meskipun cara-cara baru itu tidak bertujuan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,tapi bagaimana jika suatu saat nanti hal itu dianggap sebuah syari’at dan kewajiban oleh anak dan cucu kita nanti sehingga ada pertumpahan darah dan rentan akan adu domba kaum kuffar? sedangkan ritual-ritual semacam itu bukanlah bagian dari agama Islam ini?’

Ulama B:
‘wallahua'lam.’

Dari percakapan dua ulama tersebut,kita dapat mengetahui bahwa Islam harus secara konsisten kita jaga kemurniaanya bahkan dari bahaya hal-hal baru yang bersifat baik sekalipun.

Sahabatku..

Kita kaum muslimin,perlahan tapi pasti telah digiring oleh kaum musyrikin untuk menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,bahkan sampai kita memungkiri kita telah melakukannya karena kita menganggapnya baik dan merasa tidak menyekutukannya.

Antara lain,
Game online,sinetron,lagu-lagu dan musik,photo dan gambar-gambar yang mengajak kita untuk memenuhi hawa nafsu kita entah majalah model pakaian,rambut bahkan sampai pakaian dalam.
Keluaran baru berbagai media canggih baik komunikasi,transportas,seperti mobil,handphone,robot,dll

Secara tidak langsung,hal-hal tersebut jika tidak diimbangi dengan iman yang kuat,tetap berpegang pada Qur’an dan Sunnah,akan membawa kita semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun,tetap saja,kini hal-hal tersebut tetap dibela mati-matian untuk memperolehnya bahkan sampai mengorbankan aqidah,kehormatan diri dan nyawa sekalipun dan hanya sedikit orang-orang yang membela mati-matian tentang agama yang telah dianutnya.

Inilah sahabatku,bukti nyata Syetan telah mengalahkan iman kita dan dia berhasil merubah yang baik menjadi buruk dan yang tidak baik menjadi sesuatu yang harus dibela dan diagung-agungkan.

Apakah sampai disini kalian dan kita menyangkal bahwa selama ini kita telah dituntun dan digiring untuk menyekutukan-Nya dan diajak menjadi budak serta pengikut Iblis Lakhnatulloh?


Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.

Senin, 05 Desember 2011

Terputusnya Amal Seseorang Yang Telah Meninggal Dunia'


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du

Atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala,penulis akan mencoba membuka makna dari sebuah hadits sahih mengenai masalahterputusnya amal seseorang yang telah meninggal kecuali 3 (tiga) hal atau 3 perkara.
Mengingat masalah ini mencakup banyak hal menyangkut sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat pada khususnya,kami akan membagi pembahasan menjadi beberapa tahap,antara lain:

1.Konteks hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara
2.Makna hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara
3.Penjelasan ringkas dalam penerapan hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara

Konteks hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayub dan Qutaibah (yakni Ibnu Sa’id) dan Ibnu Hajar, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Isma’il (dan dia adalah Ibnu Ja’far) dari al-’Ala’i dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda :


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Makna hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.

Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:

a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.

Keempat: Di antara kebaikan lainnya yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal dunia yang diberikan orang yang masih hidup adalah do’a kebaikan yang tulus kepada si mayit tersebut. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.

Kelima: Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “atau anak sholeh yang mendo’akannya”, tidaklah dipahami bahwa do’a yang manfaat hanya dari anak saja. Bahkan do’a kebaikan orang lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat insya Allah. Oleh karena itu, kaum muslimin disyari’atkan melakukan shalat jenazah terhadap mayit lalu mendo’akan mayit tersebut walaupun mayit itu bukan ayahnya.

Keenam: Dalam hadits terdapat isyarat adanya keutamaan menikah, juga terdapat dorongan untuk menikah dan memperbanyak keturunan supaya mendapatkan keturunan sholeh (sehingga bermanfaat nantinya ketika kita telah meninggal dunia, pen).

Penjelasan hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara

Perlu kita ingat bahwa 'pemahaman' suatu apapun itu akan berbeda makna tergantung dari dari mana kita mengambil sumbernya sebuah ukuran,dalam arti semua ilmu akan memiliki makna berbeda sesuai dengan ukuran yang dipilihnya.Sudah menjadi kewajiban sebagai umat muslim,kita harus menjadikan Al-Qur'an,Assunnah dan ijma' sebagai ukuran dalam memahami segala sesuatu,baik itu menyangkut urusan di dunia maupun untuk urusan di akhirat kelak.
Jika suatu pemahaman hanya didasarkan pada ukuran hawa nafsu,popularitas,kekuasaan dan baik semata maka bersiaplah kita akan tersesat didalamnya.

Barang siapa yang Allah kehendaki baik dalam hidupnya adalah Allah telah meluruskan pemahaman dalam agamanya,begitu sebaliknya.Oleh karena itu,mari kita jaga hati,lisan dan sikap kita atas ilmu yang belum kita pahami seutuhnya.Namun seperti yang Rosulalloh sabdakan bahwa kita tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan kitabulloh dan assunnah.

Seperti bagaimana para ulama telah memahami hadits ini,sudah menjadi ijma' (kesepakatan) bahwa 
seseorang yang telah meninggal maka terputuslah amalnya,kecuali 3 hal yakni amal jariyyah,ilmu yang bermanfa'at dan anak sholeh yang selalu mendo'akannya.
1.Shodaqoh Amal Jariyyah

Seseorang yang telah wafat atau meninggal dunia akan mendapatkan pahala yang yang terus mengalir dari 
amal jariyah yang telah ia sodaqohkan selama hidupnya.
Misal selama hidup ia memberikan sedekah amal untuk pembangunan masjid,pembuatan sumur,sedekah mobil jenazah dan lain sejenisnya.Selama sesuatu itu yang ia tinggalkan masih bermanfaat untuk masyarakat sebagai penunjang mengunduh pahala,maka ia (seseorang yang telah meninggal tersebut) akan terus mendapatkan pahalanya,tentu seseorang tersebut memiliki akidah dan ketauhidan yang benar.
Apakah pahala akan sampai kepada si mayyit dari shodaqoh yang diwakilkan?

Sesuai dengan ilmu syar'i,tentu sampainya pahala ini pada ahli kubur harus berdasarkan ukuran Al-Qur'an dan sunnah serta ijma' para ulama salafush shaleh.Diantaranya,pahala tetap sampai pada ahli kubur meskipun shodaqoh diwakilkan oleh seseorang yang masih hidup dengan catatan amal jariyyah tersebut diniatkan untuk si mayyit,dan hal ini tentu harus sesuai dengan ilmu syar'i mengingat kita juga harus mengetahui syarat diterimanya sebuah amal,seperti terhindar dari kebid'ahan dan syirik.


2.Ilmu yang Bermanfaat

Inilah mengapa Islam sangat menekankan kepada kita untuk selalu beramar ma'ruf nahi munkar dan menekankan untuk senantiasa menjaga lisan kita.Karena ketahuilah saudaraku,sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.
Misal selama hidup ia meninggalkan ilmu tentang mencari keselamatan hakiki dan senantiasa beramar ma'ruf nahi munkar,melakukan dakwah Islam yang murni sesuai ilmu syar'i,menuliskan buku tentang ilmu-ilmu agama (tauhid,fiqh,akidah,dll),membuat situs atau blog yang memberikan ilmu syar'i yang bermanfaat dan lain sebagainya.
Begitu juga ilmu yang kita turunkan pada anak dan cucu kita,saudara-saudara kita dan sesama.

Disini dapat kita lihat,bagaimana kita akan mempertanggungjawabkan jika ilmu yang kita sampaikan selama hidup jauh dari kebenaran justru sebaliknya mengajak pada kemungkaran,misal membuat situs pornografi,situs-situs penghujat Islam,dll?Na'udzubillah.

3.Anak sholeh yang senantiasa selalu mendo'akannya

Hal dan perkara yang ketiga inilah yang menjadi pro kontra dan menghasilkan pemahaman yang berrbeda-beda,mengapa hal ini bisa terjadi?
Betul akhi,karena pemahaman yang didasarkan ukuran diluar Al-Qur'an,sunnah dan ijma' maka akan menghasilkan praktek-praktek yang justru membuat hati kita bertambah kotor.

Oleh karenanya,

Kita harus benar-benar memahami syarat-syarat diterimanya amal dan harus mengerti benar dibangun diatas dasar apa agama yang kita cintai ini.Islam dibangun berdasarkan dalil,kita puasa,zakat,haji,shalat,wudhu,dll semua itu berdasarkan dalil.Ada dalil yang memerintahkan kita untuk itu,karena memang Islam dibangun berdasarkan dalil.Tak ada dalil buat apa kita lakukan?
Jika kita hanya beranggapan Islam ini diturunkan hanya untuk menyempurnakan akhlak saja,saya kira semua agama mengatur untuk itu.Banyak kaum kuffar yang berakhlak baik,namun apa tujuan diutusnya seorang Rasul? betul akhi,untuk mentauhidkan,mengEsakan Allah Subhanahu wa Ta'ala.Semata-mata ibadah kita,amal kita,do'a kita semata-mata ditujukan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hanya Allah-lah dzat yang harus kita sembah.
Secara otomatis,dengan hati kita yang mencoba mengindarkan diri dari syirik,kita akan mencari tahu amal seperti apa yang diridhoi dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Lantas amal seperti apa?
Sesuai dengan bunyi hadits,

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ: تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِوَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ
جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُنَا مِنْهُ عِلْمًا. قَالَ:
فَقَالَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ
إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.

Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.”
[HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no. 2676), dari Shahabat al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Irwa-ul Ghaliil, no. 2455.]
Jadi,jika ada amalan yang tidak ada penjelasandari Al-Qur'an,sunnah dan ijma' buat apa kita lakukan? kini kembali pada permasalahan anak sholeh yang senantiasa selalu mendo'akannya,jika amalan bid'ah akan tertolak (ini jelas berdasarkan hadits yang shahih) maka masihkan kita sebagai orang tua menginginkan do'a dari anak kita yang masih berbalut bid'ah setelah kita meninggal nanti?
Tak inginkah kita menurunkan ilmu syar'i pada anak-anak kita sebagai bekal hidupnya dan do'a anak kita untuk kita setelah kita tak lagi menginjak dunia ini?
Itulah sebabnya praktek dan amalan-amalan yang tak ada tuntunannya namun berniat untuk mendapatkan pahala seperti tahlilan dan ritual-ritual yang berbalut bid'ah lebih disukai syetan.

Sepintas memang apa yang dilakukan dalam tahlilan adalah baaik,namun coba kita renungkan,

Apakah para sahabat melakukannya?jikalau itu memang baik mengapa sahabat tak pernah melakukannya?

A:
Tapi ini khan tradisi mas?..

B:apakah kita akan mendo'akan dan mengirimkan pahala pada simayyit hanya berdasarkan sebuah tradisi?

Masihkah kita tega menyantap makanan dari keluarga yang terkena musibah ini?

A:
ah,itu aja khan saya juga niatkan atas nama simayyit mas dan saya ikhlas kok ga ngersa terbebani..

B:apakah belum sampai kepada anda bahwa '
Allah tidak akan menerima amal seseorang yang menyekutukan Allah dan mengingkari apa-apa yang dibawa oleh RasulNya?

A:
lalu apa hubungannya?..

B:bagaimana anda bisa mengatakan telah mentauhidkan Allah dan tidak mengingkari apa yang telah disampaikan Rasulalloh sedang anda mesih melakukan praktek bid'ah?

Membaca Al-Qur'an,Dzikir (tahlil) justru kita diwajibkan untuk itu,namun harus kita kerjakan sesuai dengan pada tempatnya,seperti apa? YAKNI seperti apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasulalloh melalui hadits-hadits yang shahih,pemahaman para salafush shaleh dan ijma' atau kesepakatan para ulama tentang ilmu syar'i masalah ini.
Jadi,masih relakah kita jika anak kita nanti melakukan praktek bid'ah dalam mendo'akan kita sebagai orang tua setelah kita mati nanti?

Belum lagi apa yang akan kita pertanggungjawabkan atas apa yang kita turunkan kepada anak cucu kita,semoga Allah menjadikan kita hamba yang senantiasa takut dan taqwa kepadaNya,dijadikan kita mati dalam khusnul khatimah,ditunjukkan kita dalam jalan yang lurus dan menguatkan kita dalam bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'la.


Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.

Minggu, 20 November 2011

'25 Pertanyaan Logika dan Psikologi Islam'


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du



Pertanyaan Psikologi dan Logika Islam

Melihat betapa memprihatinkannya perselisihan dalam Islam yang mana rentan adanya persepsi dan pandangan-pandangan dari beberapa pihak yang sebenarnya merupakan 'pembela Islam'.
Namun karena jalan yang ditempuh mengingkari Al-Qur'an dan Sunnah,beliau-beliau ini menukil dari persepsi seorang ulama yang sangat pro kontra beberapa waktu lalu (kini beliau sudah kembali pada Rabb-nya),akibatnya ada stempel 'Islam Arab' atau sejenisnya terhadap manhaj salaf.

Mari kita cari tahu,Islam yang sesuai dengan fitrah manusia ini,melalui pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah pasti bahwa hati kita tidak mengingkarinya.Mari gapai hidayah dengan niat tulus mengaharapnya dan mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala.

1.
Sebuah 'Perintah' dari Tuhan (Allah Subhanahu wa Ta'ala) adalah?:
a.wajib
b.sunnah

2.
Perintah Allah dalam surat Al Ahzab: 59 tentang wanita yang diperintahkan untuk mengulurkan (hijab) jilbabnya keseluruh tubuh mereka,apakah dari perintah Tuhan agar wanita menggunakan jilbab (hijab) ini adalah sebuah kewajiban?
a.ya
b.tidak

3.
Lantas,apakah seorang wanita / perempuan muslim baligh yang tidak berhijab adalah berdosa?
a.ya
b.tidak

4.
Apa fungsi dari sebuah jilbab (hijab)?
a.menghias diri
b.menutup aurat
c.membungkus aurat
d.identitas diri
e.menjauhkan dari fitnah

5.
Warna apa jilbab yang menjauhkan dari fitnah?
a.pink
b.kuning
c.ungu
d.gelap (hitam,coklat tua,hijau tua,dan sejenisnya)

6.
Mana yang pantas kita jadikan rujukan dalam menjalani semua aspek kehidupan terkhusus dalam agama?
a.perkataan / sabda Rasululloh
b.rasa yang penting baik
c.siapapun yang penting ulama-ulama dan tokoh agama

7.
Bagaimana kita mengetahui perkataan /wasiat/sabda Rasululloh yang asli (bukan palsu)?
a.hadits shahih
b.hadits yang penting baik
c.hadits dari manapun yang penting dari sebuah hadits.

8.
Apa hukum perintah Rasululloh dari sebuah hadits shahih?
a.wajib
b.sunnah

9.
Dosakah orang yang meninggalkan perintah Rasululloh dari sebuah hadits shahih?
a.ya
b.tidak

10.
Apakah sebuah rujukan yang terbukti benar asli dari sabda Rasululloh dan dari Al-Qur'an melalui ilmu sunnah adalah 'Islam Arab' ,'Islam Fanatik' atau 'Islam yang merasa paling benar sendiri'?
a.ya
b.tidak

11.
Islam ini diturunkan untuk?
a.memperbaiki akhlak manusia
b.menegakkan tauhid

12.
Ilmu tauhid,apakah dalam ilmu tauhid tersebut nantinya tidak akan menyangkut dan mempelajari juga tentang bagaimana kita seharusnya bermasyarakat?
a.menyangkut
b.tidak

13.
Apakah yang telah Rasululloh kerjakan dan juga oleh para sahabat beliau dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya masih ada yang kurang?
a.tidak,karena Islam sudah sempurna
b.masih kurang,sehingga kita boleh menambah syariat baru.

14.
Adakah manusia umat Rasululloh Muhammad yang lebih taqwa dan lebih baik dari Rasululloh dan para sahabat beliau?
a.tidak ada
b.ada

15.
Apakah Islam yang mengacu pada apa yang telah diterapkan oleh Rasululloh dan para sahabat beliau adalah 'Islam Arab'?
a.tidak.
b.ya

16.
Apakah jenggot dan celana ngatung tidak memiliki dalil dari hadits?
a.memiliki dalil
b.tidak

17.
Apakah hadits perintah untuk memelihara jenggot dan celana ngatung adalah hadits palsu?
a.tidak
b.ya

18.
Bagaimana hukum seorang muslim yang membenci sunnah / perintah Rasullulloh?
a.dosa
b.tidak

19.
Banyak yang menyatakan 'cinta rasul' tapi dalam prakteknya adalah tidak ada tuntunan dari Rasul bahkan mengundang banyak fitnah,apakah hal tersebut bentuk cinta sunnah rasul atau pelecehan sunnah rasul?
a.pelecehan
b.bukan

20.
Bagaimana anda melihat sebuah fenomena 'ustadz yang bernyanyi' diiringi alat-alat musik bahkan group band?
a.itu adalah pelecehan agama
b.itu adalah bentuk cinta agama

21.
Mana yang lebih utama,akidah atau akhlak?
a.akidah,karena dengan berakidah yang benar otomatis akan berakhlak mulia
b.akhlak,karena islam ini ditunkan salah satunya untuk menyempurnakan akhlak

22.
Apakah jika kita jankan Islam ini secara kaffah (keseluruhan) kita akan tertinggal teknologi?
a.tidak,karena islam justru mengajak kita untuk menuntut ilmu,baik dunia maupun akhirat.
b.ya,tertinggal,karena kita terkesan ortodoks,kaku,kuno dan tak sesuai dengan jaman saat ini.

23.
Ahlussunnah adalah?
a.berusaha menjalankan Islam dengan kaffah dari sumber Al-Qur'an dan Assunnah yang shahih
b.berusaha untuk menghidupkan Islam dengan mengadakan ritual-ritual yang meskipun tidak ada contohnya dari Rasululloh.

24.
Faktor apa yang paling utama yang menyebabkan seorang muslim keluar dari Islam (murtad)?
a.
akidah dan manhaj yang salah
b.ekonomi
c.bodoh

25.
Islam yang haq itu adalah Islam yang?
a.memberikan keselamatan,kemudahan dan ketenangan pada penganutnya
b.bisa mengumpulkan dana dan massa dalam waktu singkat
c.fleksible terhadap budaya orang kafir
Mudah-mudahan,dari 25 Pertanyaan Logika dan Psikologi Islam tersebut paling tidak dapat menjadikan renungan tersendiri bagi kita umat muslim yang berusaha untuk mendapatkan hidayah dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala.Tafadol untuk berikan balasannya akhi.


Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.

Minggu, 14 Agustus 2011

10 (Sepuluh) Pembatal Keislaman / Islam


10 (Sepuluh) Pembatal Keislaman / Islam


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du



Selayaknya sebuah ijab qobul dalam suatu pernikahan,syahadat akan mengakui Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai satu-satunya Illah yang disenbah dan Nabi Muhammad Salallahu'alaihiwassalam sebagai Rasulalloh dan nabi akhir zaman,akan batal jika kita tidak berani memegang konsukuensi didalamnya.Berita yang sangat penting untuk diketahui seorangmuslim menurut nash-nash yang sahih.
Adalah 
10 (sepupuh) pembatal keislaman,berdasarkan Al-Qur'an Islam yang kita anut bisa jadi tak kita miliki.


Berikut ini adalah 
10 (sepupuh) pembatal keislaman itu:

  1. Kesyirikan (beribadah kepada selain Allah).

    Allah Ta’ala berfirman,
    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia mengampuni semua dosa di bawah dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh di telah mengadakan dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’:48)

    Allah Ta’ala berfirman,
    “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Wahai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabb kalian”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan tempatnya adalah di neraka, tidak ada seorangpun penolong bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 72)
  2. Berpaling dari Islam dengan lebih memilih agama Yahudi, Nashrani, Majusi, Komunis, Sekularis, atau selainnya dari keyakinan yang membawa kekufuran jika dia menyakininya.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut kepada kaum mukminin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): “Kami akan mematuhi kalian dalam beberapa urusan”, sedang Allah mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila para malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus amalan-amalan mereka. Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau kami kehendaki, niscaya kami tunjukkan mereka kepada kalian sehingga kalian benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya, dan kalian benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kalian.” (QS. Muhammad: 25-30)
  3. Orang yang tidak mengkafirkan orang kafir baik dari Yahudi, Nashrani, Majusi, orang-orang musyrik, atau orang yang mulhid (Atheis) atau selain itu dari berbagai macam kekufuran. Atau dia meragukan kekafiran mereka atau dia membenarkan mazhab/ajaran mereka, maka dia telah kafir.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir dengan sebenar-benarnya kekafiran. Kami Telah menyediakan siksaan yang menghinakan untuk orang-orang yang kafir itu.” (QS. An-Nisa’: 150-151)
  4. Orang yang meyakini bahwasanya petunjuk selain petunjuk Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wassallam- lebih sempurna atau meyakini bahwa hukum selain hukum yang dibawa oleh Rasulullah -shallallahu’alaihi wasallam- lebih baik (daripada petunjuk dan hukum beliau). Seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum thagut daripada hukum yang dibawa oleh Rasulullah -Shallallahu’alaihi wasallam-.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Apakah hukum jahiliyah yang mereka inginkan, dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)
    Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
  5. Orang yang membenci apa yang dibawa oleh Rasulullah -shallallahu’alaihi wasallam-, walaupun dia mengamalkannya.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghilangkan amalan-amalan mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang Allah turunkan maka Allah menghapuskan amalan-amalan mereka.” (QS. Muhammad: 8-9)
  6. Orang yang mengolok-olok (menghina) Allah, Rasul, Al-Qur’an, agama Islam, malaikat, atau para ulama karena ilmu yang mereka miliki. Atau menghina salah satu syiar dari syiar-syiar Islam seperti, shalat, zakat, puasa, haji, tawaf di Ka’bah,wukuf di ‘Arafah, atau menghina Masjid, azan, jenggot, atau sunnah-sunnah Rasulullah -shollallahu’alaihi wasallam lainnya, dan syi’ar-syi’ar agama Allah, dan tempat-tempat yang disucikan dalam keyakinan Islam serta yang terdapat keberkahan padanya.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya, dan Rasul-Nya kalian berolok-olok?” Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir setelah beriman. Jika kami memaafkan segolongan kalian (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)
  7. Sihir, termasuk ash-shorfu (merubah seseorang dari sesuatu yang dicintainya menjadi yang dibencinya) dan al-athfu (mendorong seseorang dari sesuatu yg dibencinya menjadi dicintainya/pelet dan semacamnya, pent.)

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi justru setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut. Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (kepada kamu) sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak bisa memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberikan mudharat kepada mereka dan tidak pula memberi manfaat kepada mereka. Sungguh mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 102)
  8. Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi kaum muslimin.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti sebagian dari ahli kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian beriman. Bagaimanakah kalian (bisa sampai) kafir padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian dan Rasul-Nya berada di tengah-tengah kalian? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imron: 100-101)
  9. Meyakini bahwa ada sebagian manusia yang diberi keleluasaan untuk keluar dari syariat Rasulullah -shollallahu ’alaihi wasallam-, sebagaimana Nabi Khidir diperbolehkan keluar dari syariat yang dibawa Nabi Musa -‘alaihissalam-.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.” (QS. Saba’: 28)
  10. Berpaling dari agama Allah Ta’ala, tidak mempelajarinya, dan tidak beramal dengannya.

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian dia berpaling darinya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22)

    Allah Ta’ala berfirman,

    “Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al-Quran). Barangsiapa yang berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalamnya dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.” (QS. Thaha: 99)




Selasa, 11 Januari 2011


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du




'hati-hatilah saat saudara merasa bahagia,nyaman,khusyu',tenang dan lebih rajin dalam beribadah NAMUN bukan karena Al-Qur'an dan Sunnah Rasulalloh Salallohu'allaihiwassalam.Karena bukan tidak mungkin,rasa bahagia,tenang,khusyu' yang saudara rasakan hanyalah 'rekayasa' dari talbis Iblis dan tipuan syetan yang merupakan musuh kita yang benar-benar nyata.'
Islam adalah kebutuhan fitrah manusia,Islam diturunkan bukan untuk menghibur seorang hamba,Islam diturunkan bukan pula untuk mengasah kreatifitas seseorang dalam seni,Islam diturunkan bukan untuk agar seorang hamba Allah dapat bernyanyi,Islam ini tentu diturunkan bukan untuk menciptakan riya(selalu ingin dipuji) dan Islam diturunkan bukan untuk dijadikan sebagai profesi dan gaya hidup.

Islam diturunkan untuk menguji serta akan menyelamatkan jin dan manusia bagi mereka yang benar-benar menginginkan sebuah keselamatan dan kebahagiaan,baik di dunia maupun di akhirat. Kenali fitrah hidup ini saudaraku,ketahuilah bahwa
tanda-tanda orang yang beriman salah satunya adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya.Bukan dalam arti bermanfaat untuk memenuhi hawa nafsu kebutuhan pribadinya melainkan 'bermanfaat' untuk keselematan di dunianya terlebih untuk di akhiratnya kelak.

Apakah Musik Itu Memang Haram?


Sudah banyak dalil baik dari A-Qur'an maupun Hadits yang menjelaskan tentang keharaman musik,dan hal ini saya pastikan bahwa pengharaman musik sama sekali tidak bertentangan dengan kebutuhan rohani yang 'sehat' dari seorang hamba Allah. Jikalaupun ada yang mengatakan:

'
saya hidup dari musik,saya dapat mendekatkan diri pada Tuhan melalui musik,bahkan dengan dan dari musik inilah saya mendapatkan hidayah dalam mengenal Islam,saya sudah cukup merasa tenang dan dengan musik saya lebih khusyuk dalam beribadah'

Saya katakan,

'
hati-hatilah saat saudara merasa bahagia,nyaman,khusyuk,tenang dan lebih rajin dalam beribadah NAMUN bukan karena Al-Qur'an dan Sunnah Rasulalloh Salallohu'allaihiwassalam. Karena bukan tidak mungkin,rasa bahagia,tenang,khusyu' yang saudara rasakan hanyalah 'rekayasa' dari talbis Iblis dan tipuan syetan yang merupakan musuh kita yang benar-benar nyata.'

Benar akhi,syetan akan menggoda anak cucu Adam (baca:kita) sampai akhir jaman dengan berbagai cara juga talbis Iblis yang kapan saja,dimana saja yang kita tidak akan dan tidak pula menyadarinya. Adalah 
musik,ini adalah senjata utama syetanselain sex,harta dan kedudukan. Wow,begitu besar ya saudaraku,peran musik yang dijadikan syetan sebagai senjata utama dalam langkah awal mengeraskan hati anak manusia.Mengapa musik merupakan salah satu senjata utama syetan laknatulloh?
1.Musik adalah hal yang sudah dianggap 'halal' oleh anak cucu Adam.
2.Musik merangkul semua kalangan,anak-anak,dewasa,laki-laki,perempuan,muda,orang tua bahkan jangankan setiap negara,setiap daerah pun memiliki 'tradisi' masing-masing dalam bermain musik.
3.Musik begitu flexible dan memiliki jutaan bahkan mungkin milyaran jenis musik,mulai dari rock,pop,dangdut,campursari,jazz,melayu,bawah tanah dan lain sebagainya.Belum lagi dengan perkembangan hasil cangkokan dari berbagai jenis musik,na'udzubillaah!
4.Musik sudah dianggap jalan terbaik untuk dijadikan sebagai ciri khas suatu kelompok,golongan,agama bahkan mati-matian memperjuangkan musik yang diklaim sebagai ciri khas sebuah negara,Ya Allah,sadarkan kami.
5.Musik identik dengan kesenangan,hiburan,gaya hidup dan lahan mencari keuntungan dunia.
Jika kita lihat fitrah kita saudaraku,untuk apa kita diciptakan? apakah untuk bersenang-senang di dunia ini? apakah kita hidup hanya untuk mati sia-sia saja? Tentu tidak saudaraku, Ada tujuan mengapa Allah memberikan kesempatan kita untuk dapat hidup di dunia ini,mengapa diturunkan seorang Rasul Allah? mengapa ada sebuah dosa dan pahala? mengapa Allah memberikan usia kepada kita? mengapa Allah menciptakan kita berbeda satu dengan yang lain?
Betul akhi,agar kita berfikir dan menyadari kebesaran Allah serta saling menasehati dan menyayangi antar sesama atas apa yang telah disampaikan RasulNya,menunjang ibadah kita dalam mengEsakan Allah Subhanahu wa Ta'ala.Tidak lebih akhi.
Kembali pada permasalahan Apakah Musik Itu Haram?,dari deskripsi mengapa musik dijadikan syetan sebagai senjata utama mereka dalam menggoda anak cucu Adam seperti 5 point diatas,tentu kita sadar sesadar-sadarnya bahwa,tidaklah musik itu membawa kita pada kebahagiaan,ketenangan,kekusyu'an melainkan hanya menyesatkan kita pada jalan yang lurus,yaitu jalan fitrah manusia yang benar-benar menginginkan kebahagiaan sejati disisi Tuhannya.Musik hanya akan mengantar kita pada kekerasan hati (sehingga kadang mengalahkan peran Al-Qur'an,ada jin atau syetan yang berperan serta saat kita mendengarkan musik sehingga kita menjadi sulit untuk menerima dan mendengarkan Al-Qur'an).Dan musik hanya akan mengotori hati kita,karena musik mengantar pada bid'ah yang sesat.

Musik Itu Haram Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah


Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna sehingga dia menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.” (QS. Luqman: 6)

Abdullah bin Mas’ud berkata menafsirkan ‘perkataan yang tidak berguna’,  
“Dia -demi Allah- adalah nyanyian.”
Dalam riwayat lain beliau berkata,  
“Itu adalah nyanyian, demin yang tidak ada sembahan yang berhak selain-Nya,” beliau mengulanginya sebanyak 3 kali.

Ini juga merupakan penafsiran dari Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdillah dari kalangan sahabat. Dan dari kalangan tabi’in: Ikrimah, Said bin Jubair, Mujahid, Mak-hul, Al-Hasan Al-Bashri, dan selainnya. (Lihat selengkapnya dalam Tafsir Ibnu Katsir: 3/460)

Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiallahu anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعازِفَ

“Kelak akan ada sekelompok kaum dari umatku yang akan menghalalkan zina, kain sutra (bagi lelaki), khamar, dan alat-alat musik.” (HR. Al-Bukhari no. 5590)

Kalimat ‘akan menghalalkan’ menunjukkan bahwa keempat hal ini asalnya adalah haram, lalu mereka menghalalkannya.
Lihat pembahasan lengkap mengenai keshahihan hadits ini serta sanggahan bagi mereka yang menyatakannya sebagai hadits yang lemah, di dalam kitab Fath Al-Bari: 10/52 karya Al-Hafizh dan kitab Tahrim Alat Ath-Tharb karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.


Penjelasan ringkas:

Benarkah Musik,Lagu,Nyanyian itu Haram? [Hukum Musik]

Nyanyian secara mutlak adalah hal yang diharamkan, baik disertai dengan musik maupun tanpa alat musik, baik liriknya berbau maksiat maupun yang sifatnya religi (nasyid).
Hal itu karena dalil-dalil di atas bersifat umum dan tidak ada satupun dalil yang mengecualikan nasyid atau nyanyian tanpa musik.
Jadi nyanyian dan musik ini adalah dua hal yang mempunyai hukum tersendiri.
Surah Luqman di atas mengharamkan nyanyian, sementara hadits di atas mengharamkan alat musik. Jadi sebagaimana musik tanpa nyanyian itu haram, maka demikian pula nyanyian tanpa musik juga haram, karena keduanya mempunyai dalil tersendiri yang mengharamkannya.
Sebagai pelengkap, berikut kami membawakan beberapa ucapan dari keempat mazhab mengenai haramnya musik dan nyanyian:

A.    Al-Hanafiah.

Abu Hanifah rahimahullah berkata,

“Nyanyian itu adalah haram dalam semua agama.” (Ruh Al-Ma’ani: 21/67 karya Al-Alusi)

Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata,

“Abu Hanifah membenci nyanyian dan menghukumi perbuatan mendengar nyanyian adalah dosa.” (Talbis Iblis hal. 282 karya Ibnu Al-Jauzi)

B.    Al-Malikiah

Ishaq bin Isa Ath-Thabba’ berkata,

“Aku bertanya kepada Malik bin Anas mengenai nyanyian yang dilakukan oleh sebagian penduduk Madinah. Maka beliau menjawab,

“Tidak ada yang melakukukan hal itu (menyanyi) di negeri kami ini kecuali orang-orang yang fasik.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar hal. 142, Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 282, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 98)

Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata,

“Adapun Malik bin Anas, maka beliau telah melarang dari menyanyi dan mendengarkan nyanyian. Dan ini adalah mazhab semua penduduk Madinah.” (Talbis Iblis hal. 282)

C.    Asy-Syafi’iyah.

Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Aku mendapati di Iraq sesuatu yang bernama taghbir, yang dimunculkan oleh orang-orang zindiq guna menghalangi orang-orang dari membaca AL-Qur`an.” (Riwayat Abu Nuaim dalam Al-Hilyah: 9/146 dan Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 283 dengan sanad yang shahih)

Taghbir adalah kumpulan bait syair yang berisi anjuran untuk zuhud terhadap dunia, yang dilantunkan oleh seorang penyanyi sementara yang hadir memukul rebana mengiringinya.
Kami katakan:
Kalau lirik taghbir ini seperti itu (anjuran zuhur terhadap dunia) dan hanya diiringi dengan satu alat musik sederhana, tapi tetap saja dibenci oleh Imam Asy-Syafi’i, maka bagaimana lagi kira-kira jika beliau melihat nasyid yang ada sekarang, apalagi jika melihat nyanyian non religi sekarang?!
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah berkata mengomentari ucapan Asy-Syafi’i di atas,

“Apa yang disebutkan oleh Asy-Syafi’i bahwa taghbir ini dimunculkan oleh orang-orang zindiq adalah ucapan dari seorang imam yang mengetahui betul tentang landasan-landasan Islam. Karena mendengar taghbir ini, pada dasarnya tidak ada yang senang dan tidak ada yang mengajak untuk mendengarnya kecuali orang yang tertuduh sebagai zindiq.” (Majmu’ Al-Fatawa: 11/507)

Ibnu Al-Jauzi berkata,
“Murid-murid senior Asy-Syafi’i radhiallahu anhum mengingkari perbuatan mendengar (nyanyian).” (Talbis Iblis hal. 283)

Ibnu Al-Qayyim juga berkata dalam Ighatsah Al-Luhfan hal. 350,

“Asy-Syafi’i dan murid-murid seniornya serta orang-orang yang mengetahui mazhabnya, termasuk dari ulama yang paling keras ibaratnya dalam hal ini (pengharaman nyanyian).”

Karenanya Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbi Iblis hal. 283,

“Maka inilah ucapan para ulama Syafi’iyah dan orang-orang yang baik agamanya di antara mereka (yakni pengharaman nyanyian). Tidak ada yang memberikan keringanan mendengarkan musik kecuali orang-orang belakangan dalam mazhabnya, mereka yang minim ilmunya dan telah dikuasai oleh hawa nafsunya.”

D.    Al-Hanabilah

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata,

“Aku bertanya kepada ayahku tentang nyanyian, maka beliau menjawab, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, saya tidak menyukainya.” (Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf hal. 142)

Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbis Iblis hal. 284,

“Adapun nyanyian yang ada di zaman ini, maka terlarang di sisi beliau (Imam Ahmad), maka bagaimana lagi jika beliau mengetahui tambahan-tambahan yang dilakukan orang-orang di zaman ini.”

Kami katakan: Itu di zaman Ibnu Al-Jauzi, maka bagaimana lagi jika Ibnu Al-Jauzi dan Imam Ahmad mengetahui bentuk alat musik dan lirik nyanyian di zaman modern seperti ini?!

Kesimpulannya:

Ibnu Taimiah rahimahullah berkata,

“Imam Empat, mereka telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik yang merupakan alat-alat permainan yang tidak berguna.” (Minhaj As-Sunnah: 3/439)

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata,

“Hendaknya diketahui bahwa jika rebana, penyanyi wanita, dan nyanyian sudah berkumpul maka mendengarnya adalah haram menurut semua imam mazhab dan selain mereka dari para ulama kaum muslimin.” (Ighatsah Al-Luhfan: 1/350)

Al-Albani rahimahullah berkata dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 105 berkata,

“Para ulama dan fuqaha -dan di antara mereka ada Imam Empat- telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik, guna mengikuti hadits-hadits nabawiah dan atsar-atsar dari para ulama salaf.”

sumber:http://al-atsariyyah.com/haramnya-nyanyian-dan-alat-musik.html


Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.