Minggu, 11 Desember 2011

Fitnah Salafy Sesat!


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du



Bismillah

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,karena hanya dengan izin dan rahmatnya penulis dapat meluangkan dan menuliskan artikel tentang 
Fitnah Salafy/Salafi Sesat ini..
Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam beserta keluarga dan sahabat Beliau.

Sudah banyak orang yang tahu,arti dan makna dari Salafy atau Salafi,entah dari dunia nyata ataupun dari dunia maya,entah dari lisan maupun dari berbagai media komunikasi.
Salafy dalam garis besar bermakna mewujudkan sunnah Rosulalloh Salallahu’alaihi wassalam sesuai dengan pemahaman para 
salafus sholih yakni generasi sahabat dan yang mengikutinya (para ulama salaf).

Mengapa salafy memiliki banyak arti dan juga memiliki reputasi yang berbeda-beda jika informasi yang di dapat kita percayakan hanya dari sumber-sumber,entah lisan,media maupun dari shubat-shubat dalam masyarakat?

Salafy,identik dengan penampilan secara dhohir yang mana dapat mudah disaksikan dan disimpulkan bahkan oleh orang yang buta agama sekalipun.
Misal,
celana yang ngatung,jenggot yang panjang,sikap yang pendiam dan dingin dan tak sembarangan dalam bersosialisasi.

Bagi kaum awam atau manusia pada umumnya,akan cepat memvonis dan beranggapan bahwa ‘manusia’ salafy memang seperti itu.
Apakah memang demikian keadaanya?

Nah,inilah yang Insya Allah akan kita bahas panjang lebar tanpa menampilkan dalil (bukan berarti tidak memiliki dalil) ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan menghidari prasangka memihak pihak tertentu.

Ada beberapa faktor yang menimbulkan Salafy dianggap sesat dan menyesatkan,antara lain syubhat (tuduhan yang belum tentu kebenarannya) seseorang yang:
1.Minim ilmu pengetahuannya.
2.Mengaku salafy namun bertindak diluar perbuatan para salafus shalih.
3.Firqoh atau golongan yang mengatas namakan Salafy.
4.Orang Islam yang sudah kehilangan kemurnian Ajaran Agamanya sendiri.


Sebenarnya masih banyak alasan-alasan lain dan sebab juga factor yang menimbulkan nama dan reputasi Salafy 
begitu asing,dianggap sesat,dan dianggap pula terlalu fanatik dalam urusan agama dalam kehidupan masyarakat,yang mana masyarakat saat ini masih begitu kental dengan budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging seperti yang terjadi di negeri Indonesia ini.

A.Minimnya Ilmu Pengetahuan


Faktor ini adalah factor yang utama,karena hanya sedikit orang yang akan meneliti kembali sebelum ia membuktikan sendiri atas kebenaran berita yang ia dengar dan ia terima.

Misal,contoh kecil tuduhan bahwa salafy adalah wahabi.

Yang padahal sebenarnya julukan ‘wahabi’ ini dibuat oleh para lawan-lawan ulama salaf yang mana lawan-lawan ini tidak terima jika mereka dikatakan sebagai ahlul bid’ah oleh para ulama salaf.

Mengapa mereka menjuluki ‘wahabi’?

Karena gerakan salaf atau mengembalikan dan menghidupkan kembali sunnah nabi dan seperti apa yang dilakukan oleh para sahabat di zaman nabi,dihidupkan kembali oleh 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 H – 724 H) di Abad ke VII dan dijayakan kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1702 M – 1787 M) yang oleh lawan-lawanya dinamakan ‘wahabiyyah’ sedang pengikut Muhammad bin Abdul Wahab sendiri menamakan diri mereka ‘al-muwahhidun’ yang sebagian besar mengambil madzab Hanbali yang disesuaikan dengan tafsir syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Siapakah sebenarnya 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah?
Apakah beliau memang benar telah rusak aqidahnya seperti apa yang dikatakan mereka yang kurang menyukai sosok Ibnu Taimiyyah?

Tanpa memihak,sedikit saya akan membahas siapakah beliau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Nama dari ulama besar dan ahli hukum besar ini adalah
Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hanbali. 

Ia lahir di Harran pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul awal 661 H atau 22 Januari 1263 M.
Meskipun Ibnu Taimiyah sebenarnya adalah seorang yang bermadzhab hanbali,tetapi ia tidak mau mengikatkan dirinya kepada seluruh cara berfikir Ahmad bin Hanbal,tetapi ia sendiri menganggap sebagai seorang Mudjtahid fil Mazhab,sebagai imam-imam mazhab yang lain-lain itu dengan keyakinan bahwa menurut ajaran agama Islam ia berhak penuh berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah menetapkan suatu hukum sebagaimana ulama-ulama yang menamakan dirinya mudtahid-mudjtahid.

Sebagai anak kelahiran Harran,yang mempunyai sifat-sifat keberanian dan ketegasan,ia tidak pernah tunduk apa lagi sesudah ia menjadi ulama besar dan ahli fatwa Islam yang disegani,ia tidak pernah ragu-ragu dalam mempertahankan pendirian-pendirian ahli salaf.

Ia merupakan musuh besar daripada orang-orang yang memasukkan kemasehian dan kemadjusian dalam Islam dan ia menjadi musuh besar bagi orang-orang yang membuat amal baru atau bid’ah dalam Islam,tidak ada satupun merasa aman terhadap Ibn Taimiyah,terutama aliran-aliran Charidjiyah,Murdjiyah,Rafidhah,Qadariyah,Mu’tazilah,Karmatiyah,Asy’ariyah,dll

Terhadap Imam Al-Ghazali,Ibn Taimiyah juga mengusut kepada kitab Al-MunQiz dan Ihya Ulumuddin,karena dalam kitab itu banyak sekali memakai hadits dha’if.

Dari sudut filsafat,Ibnu Taimiyyah juga mengusut Ibnu Sina dan Ibnu Sab’in yang telah banyak memasukkan paham-paham filsafat Yunani kedalam ajaran Islam.
Ia bertanya:’Bukankah filsafat itu membawa kepada syirik dan melemahkan Islam?’
Ia mengatakan terhadap orang sufi:’Orang sufi dan mutakallimun sebenarnya timbul dari satu jurang yang sama’.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memperingatkan bahwa Islam diturunkan untuk memperbaiki paham-paham yang salah,yang dimasukkan dari paham Yahudi dan Nasrani.

Dari itu,beliau mendapat serangan balik dari kanan maupun kiri,dari dunia Kristen,yahudi maupun dari berbagai sempalan Islam itu sendiri.
Sehingga Sultan Islam setempat dan hakim-hakimnya terpaksa ikut campur melindungi beliau dengan memasukkanya di dalam penjara.

Ibnu Taimiyah telah menghilang untuk sementara waktu,tetapi penganut pahamnya tumbuh bak jamur dimusim hujan,diantaranya Ibnu Qayyim dan Abdul Wahab Nadjdi.

Meninggalnya beliau membuat gempar seluruh Damaskus.

Semua penduduk Damaskus merasa kehilangan,baik musuh maupun kawanya menerima hari kematianya dengan air mata bertetesan.
Damaskus menujukkan kehormatan yang paling besar pada dirinya,Dua ratus ribu laki-laki dan lima belas ribu perempuan mengantarkan jenazah sang mudjtahid dan seorang ulama besar di zamanya itu.
Ibnu Al-Waqidi mengucapkan rangkaian sajak,yang membuat Ibnu Taimiyah seakan-akan hidup kembali ditengah-tengah hadirin yang melaut itu dengan perjuangannya:
‘Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Muhammad Rasulalloh Salallahu’alaihiwassalam yang Sebenar-benarnya’.

Itulah sekelumit sejarah Ibnu Taimiyah r,semoga Allah merahmati beliau.Amin.

Jadi,masalah salafy,wahaby,atau apapun itu sebenarnya hanyalah masalah nama,apapun nama yang kita lontarkan pada seseorang apakah sudah bercermin pada diri kita? tanpa kita ketahui begitu pentingnya menuntut ilmu terlebih dahulu untuk mencari yang sebenarnya,mana yang haq dan mana yang baatil?

Selain itu,nama wahabi ini juga merupakan fitnah yang tidak mendasar dan bukan bentuk sikap SMART dalam menanggapi suatu agama yang sebenarnya merupakan masalah terpenting dari yang paling penting dibandingkan urasanya didunia ini.
Jika kita selalu berfikir smart,tentu kita tidak akan melakukan taklid buta terhadap agama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang kita.

Kita akan terus mencari kebenaran-kebenaran dan tentunya sesuai tuntunan agama kita dan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh nabi kita dan menjauhi segala apa yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Rosulualloh Salallahu’alaihi wassalam meskipun fitnah dan tuduhan-tuduhan tak henti-hentinya untuk menyerang dan menenggelamkannya.

Sesat atau tidaknya suatu agama Islam ini,kita dapat melihat dari bagaimana cara mereka sholat,bermasyarakat,memimpin keluarga bahkan bagaimana cara dia bertutur sapa dan berkewarganegaraan.
Jika sesorang pernah melanggar syari’at Islam,toh belum tentu juga dia adalah seorang yang 
sesat juga kafir,bisa karena kejahilannya bisa juga karena minimnya pemahamnya.
Kita harus dan perlu menanyakan apakah yang kita kira sesat itu ada dalam Islam ini? dan apakah kita selama ini telah melakukan apa yang telah disyari’atkan oleh agama sehingga dengan mudahnya kita menganggap mereka sesat?

Sebagian besar kita,jika yakin dengan agama yang dibawa nenek moyang kita,tanpa memiliki keinginan hati untuk mencari kebenaran yang sebenarnya,tentu sekecil apapun itu ia tidak akan berfikir untuk menanyakan hal-hal yang belum dan baru ia akan ketahui.
Dan hal ini cenderung lebih cepat menganggap sesat suatu aliran agama jika tidak sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki yang ia anggap sudah benar.

Ini sebuah fenomena menyedihkan juga memprihatinkan di masyarakat dalam menanggapi suatu ‘ilmu baru’ khususnya dalam bidang agama.

Sebagai perumpamaan,sebagus apapun suatu tempat pendidikan (sekolah),sarana prasaranya paling lengkap,guru-gurunya juga terkenal dan paling tersohor sedang para siswanya adalah orang-orang yang memang gemar berkelakuan tidak baik,suka tawuran,suka bolos,free sex,narkotika dan semacamnya.
Apakah hal seperti ini memiliki indikasi bahwa sekolah tersebut gagal dan tidak layak?
Tentu tidak.

Begitu juga dengan agama Islam tercinta ini,sebaik apapun ajaran didalamnya,jika para penganutnya belum dapat melakukan apa yang telah disyari’atkan dan apa yang telah dilarang,bukan berarti agama yang tidak baik melainkan kembali pada individu masing-masing.

Sekarang,lihat,seseorang menjalankan sunnah (missal celana ngatung atau jenggot panjang) sudah seperti manusia aneh dan asing bukan?,ini karena sejak kita lahir,kita tidak mengenal dan tidak pula dikenalkan dengan kemurnian Islam itu sendiri.

Akibatnya?

Kemurnian Islam perlahan menghilang ditelan dengan budaya-budaya kafir ;gossip,musik,dll yang mana bukankah hal tersebut sudah tegas dilarang dalam Islam?

Masa’ sih gossip ama musik dilarang? (itulah pertanyaan kita yang memang dari kecil telah kita ketahui bahwa hal tersebut adalah sah-sah saja,namun apakah memang hal tersebut dilarang? hanya orang-orang tertentu yang memiliki rasa untuk menanyakan kembali hal tersebut.)

Kemurnian Islam perlahan menghilang dan menjadi asing,sama seperti halnya saat Islam itu datang.
‘Dia datang dengan asing dan akan kembali menjadi asing’

Contoh konkritnya,sangat banyak kita lihat sahabatku..!

Shalat berjama’ah,apakah setiap kaum pria 
muslim tidak diwajibkan melakukan shalat berjama’ah di masjid?
Apakah wanita muslimah diperbolehkan membuka aurat di tempat-tempat umum dan yang bukan mahromnya saat ia telah baligh?
Apakah isbal (menurunkan celana,sarung,jubah sampai dibawah mata kaki) tidak dilarang dalam Islam?
Apakah istri-istri diperbolehkan keluar rumah meskipun tanpa udzur sekalipun?
Apakah musik dan gambar-gambar juga obyek-obyek menyerupai makhluk bernyawa itu juga halal dan diperbolehkan dalam Islam?
Apakah kisah fiktif,gossip,kartun yang tidak ada hubungannya dengan mengingat Allah diperbolehkan dalam Islam?
Apakah salam-salaman yang bukan mahromnya dihalalkan dalam Islam?
Apakah sudah menjadi kebiasaan wanita dan pria bukan mahromnya bersatu,bersendau gurau,berpegangan tangan,sehingga meninggalkanya seolah-olah sebuah perkara yang asing dan tabu?

Mengapa saya menanyakan hal seperti ini?
Tentu,karena ini yang terjadi di masyarakat kita yang mayoritas mengaku beragama Islam.
Tapi,bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Rasul-Nya telah melarang hal-hal tersebut seperti diatas?
Lalu agama apa yang mereka anut itu?

Ini adalah bukti bahwa ketidaktahuan dan minimnya ilmu pengetahuan akan menyesatkan kita lebih dalam,dalam dan lebih dalam lagi hingga sudah tak dapat lagi hati kita menerima berita yang benar lagi baik.

B. Mengaku Salafy Namun Bertindak diluar Perbuatan para Salafus Shalih


Inilah faktor lain yang membawa nama Islam menjadi terpuruk dan semakin menjadi bahan olokan orang-orang kafir.

Tidak sedikit kita menjumpai para ikhwan dan akhwat yang mengaku ‘salaf’ mengikuti sunnah nabi tapi dalam kesehariannya masih merokok,menggunjing,bercanda yang tidak pada tempatnya,tidak murah senyum,sulit bersosialisasi,bersifat kaku dalam masyarakat,mendengarkan musik,menonton televisi,sibuk berpolitik,bernyanyi dan kurang memahami serta mensyukuri apa yang sebenarnya Islam ajarkan pada hamba-hambanya.

Hal-hal tersebut membuka pintu orang-orang kafir dalam memvonis dan mencari selah dalam menyimpulkan salafy adalah ajaran sesat dalam Islam.

Jika,kita para ikhwan,akhwat seluruh kaum muslimin beri’tiqad menjalankan apa yang disyari’atkan dan menjauhi apa yang dilarang,berpegang pada Qur’an dan Sunnah,istiqamah,tentu kita akan melakukannya tanpa terkecuali.
Kecuali jika hawa nafsu memang belum penuh dapat kita kuasai,maka janganlah sekali-kali kita merasa aman atas amal apa yang telah kita lakukan.

C. Firqah atau Golongan yang Mengatasnamakan Salafy


Faktor inilah yang paling banyak dan memungkinkannya nama ‘salafy’ adalah dianggap sebagai aliran sesat,khususnya bagi kaum muslimin yang belum mengenal ajaran Islam yang murni.

Salafy atau ahlussunnah adalah sebuah nama yang sebenarnya diperebutkan dan juga banyak diinginkan oleh golongan-golongan terutama dalam firqoh-firqoh Islam yang telah terbagi menjadi 73 Golongan ini.
Mereka semua mengaku merekalah ahlussunnah,golongan yang ini menganggap sesat golongan yang itu.

Dalam firqoh-firqoh Islam entah itu Syi’ah,Khawarij,Mu’tazilah,Batiniyah,Qadariyah,dll memiliki aqidah yang berbeda terutama dalam masalah fiqih dan ke-tauqid-an.
Dan mereka mengaku sebagai salafy,ahlusunnah wal jamaah,dan pengikut generasi salafuh shalih.
Masyarakat pada umumnya yang masih awam,dengan mengenal salah satu firqoh dan mengenali ilmu fiqih dan tauhid akan berpendapat,’oh,seperti ini toh salafy itu?’.

Padahal,Salafy atau Ahlussunnah wal Jamaah adalah Islam itu sendiri yang mana beri’tiqad memurnikan Aqidah dan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Salafy tidak memihak,mereka berada ditengah-tengah,mereka tetap berpegang dengan Qur’an dan Hadits,mereka menolak bid’ah dalam syari’at Islam,mereka menjaga kemurnian Islam dari hama-hama dan ulama-ulama Ahlul Bid’ah,mereka tegar dan istiqomah diatas sunnah tanpa terpengaruhi dengan olok-olokan,ejekan,gunjingan,umpatan,fitnah dan kedzaliman masyarakat-masyarakat yang sudah mulai terkikis keimanan dan ketauhidanan masyarakat-masyarakat tersebut dari budaya-budaya kafir yang malah mereka bela daripada syari’at agama mereka sendiri,Na’udzubillah!

Hal inilah yang membuat nama salafy bertambah asing dan tidak diperjuangkan lagi,karena selain minimnya ilmu pengetahuan kita,juga karena budaya kafir yang telah mengaburkan kemurnian Islam yang seharusnya kita sebagai penganutnya memiliki kewajiban dalam menjaganya.

D.Orang Islam yang Kehilangan Kemurnian Ajaran Agamanya


Seperti kita tahu,nenek moyang kita,sebagian besar bukanlah menuntun kita dalam memperoleh dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala,melainkan memperkenalkan dengan berbagai macam praktek menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,seperti;Jampi-jampi,Pintan,Zodiak,Ramalan Bintang,Primbon,dll.

Dan jangan salahkan jika masyarakat kita saat ini lebih cenderung membela apa yang mereka pertama kali dapatkan dari nenek moyang mereka daripada membela kemurnian ajaran yang selama ini mereka anggap agamanya itu,yakni Islam.

Hanya orang-orang yang diberi Allah Hidayah yang akan mencari tahu keselamatan dirinya sendiri baik dunia maupun di akhirat,yakni dengan selalu mencari kebenaran dari berdo’a,menuntut ilmu,dan selalu berikhtiar.

Sekarang perhatikan sahabatku,..

Seseorang meninggalkan acara Tahlilan, sudah pasti akan menjadi buah bibir masyarakat dan sanksi sosial itulah yang kadang membuat seseorang terpaksa melakukanya yang padahal orang itu itu mengetahui bahwa Tahlilan tersebut bukanlah sebuah syari’at Islam bahkan merupakan bid’ah yang mungkar.
Tetapi,saat ada saudara kita meninggalkan shalat jum’at atau shalat wajib berjama’ah di Masjid yang merupakan sebuah kewajiban,tak ada seorangpun mempermasalahkan hal tersebut.

Apakah kita terlalu bodoh sehingga tidak dapat membedakan mana yang wajib,mana yang sunnah dan apalagi mana yang bid’ah???
Apakah kita beramal dan beribadah semata-mata hanya untuk dipandang dan agar tidak diasingkan dalam masyarakat???
Begitu besarkah nilai penghormatan dan pujian orang dan derajat dihadapan orang dibandingkan dengan derajat kita di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala???

Perhatikan lagi sahabatku..

Bid’ah lebih disukai Syetan daripada maksiat,maka waspadalah dan berjhati-hatilah.
Mengapa?

Jika maksiat jelas sebuah dosa yang dapat ditebus dengan taubat,maka bid'ah seseorang akan sulit untuk ditinggalkan karena sudah dianggap bagian dari syari'at dan dianggap pula sebuah kebaikan,jika mereka diperintahkan untuk bertaubat,mereka akan menjawab 'memangnya apa yang telah aku lakukan sehingga aku harus bertaubat?'
Syetan menang kembali..

Percakapan dua ulama:

Ulama A:
‘menurutku tahlilan itu bid’ah,dan bid’ah itu adalah kesesatan dan amalnya juga tertolak.
Akan lebih baik mengamalkan apa yang disampaikan oleh Rasul yang jelas bukan bid’ah dan yang jelas juga diterima amalnya,dapat pahala karena tidak melakukan bid’ah yaitu tidak melakukan maksiat terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala’

Ulama B:
‘menurutku tahlilan itu boleh-boleh saja yang terpenting baik niatnya meskipun tidak dicontohkan oleh Rasul,masalah diterima-tidaknya itu urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala kita hanya berusaha sebaik mungkin dan bentuk berbakti anak terhadap orang tuanya yang telah meninggal dunia.’

Ulama A:
‘apakah kita kmengira Rasul masih kurang dalam menyampaikan ajaran Islam ini,sehingga ada tambahan-tambahan baru yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi?
Bukankah berbakti kepada orang tua adalah dengan mendoakan dan sama-sama saling memberikan nasehat yang benar? Tentu sesuai dengan apa yang Islam tuntunkan?’

Ulama B:
‘Bukankah akan lebih baik jika Islam ini diperkaya dengan cara-cara Islami tentu tidak bertujuan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.’

Ulama A:
‘Meskipun cara-cara baru itu tidak bertujuan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,tapi bagaimana jika suatu saat nanti hal itu dianggap sebuah syari’at dan kewajiban oleh anak dan cucu kita nanti sehingga ada pertumpahan darah dan rentan akan adu domba kaum kuffar? sedangkan ritual-ritual semacam itu bukanlah bagian dari agama Islam ini?’

Ulama B:
‘wallahua'lam.’

Dari percakapan dua ulama tersebut,kita dapat mengetahui bahwa Islam harus secara konsisten kita jaga kemurniaanya bahkan dari bahaya hal-hal baru yang bersifat baik sekalipun.

Sahabatku..

Kita kaum muslimin,perlahan tapi pasti telah digiring oleh kaum musyrikin untuk menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala,bahkan sampai kita memungkiri kita telah melakukannya karena kita menganggapnya baik dan merasa tidak menyekutukannya.

Antara lain,
Game online,sinetron,lagu-lagu dan musik,photo dan gambar-gambar yang mengajak kita untuk memenuhi hawa nafsu kita entah majalah model pakaian,rambut bahkan sampai pakaian dalam.
Keluaran baru berbagai media canggih baik komunikasi,transportas,seperti mobil,handphone,robot,dll

Secara tidak langsung,hal-hal tersebut jika tidak diimbangi dengan iman yang kuat,tetap berpegang pada Qur’an dan Sunnah,akan membawa kita semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun,tetap saja,kini hal-hal tersebut tetap dibela mati-matian untuk memperolehnya bahkan sampai mengorbankan aqidah,kehormatan diri dan nyawa sekalipun dan hanya sedikit orang-orang yang membela mati-matian tentang agama yang telah dianutnya.

Inilah sahabatku,bukti nyata Syetan telah mengalahkan iman kita dan dia berhasil merubah yang baik menjadi buruk dan yang tidak baik menjadi sesuatu yang harus dibela dan diagung-agungkan.

Apakah sampai disini kalian dan kita menyangkal bahwa selama ini kita telah dituntun dan digiring untuk menyekutukan-Nya dan diajak menjadi budak serta pengikut Iblis Lakhnatulloh?


Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.

Senin, 05 Desember 2011

Terputusnya Amal Seseorang Yang Telah Meninggal Dunia'


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.

Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du

Atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala,penulis akan mencoba membuka makna dari sebuah hadits sahih mengenai masalahterputusnya amal seseorang yang telah meninggal kecuali 3 (tiga) hal atau 3 perkara.
Mengingat masalah ini mencakup banyak hal menyangkut sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat pada khususnya,kami akan membagi pembahasan menjadi beberapa tahap,antara lain:

1.Konteks hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara
2.Makna hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara
3.Penjelasan ringkas dalam penerapan hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara

Konteks hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayub dan Qutaibah (yakni Ibnu Sa’id) dan Ibnu Hajar, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Isma’il (dan dia adalah Ibnu Ja’far) dari al-’Ala’i dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda :


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Makna hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara

Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.

Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.

Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:

a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.

Keempat: Di antara kebaikan lainnya yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal dunia yang diberikan orang yang masih hidup adalah do’a kebaikan yang tulus kepada si mayit tersebut. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.

Kelima: Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “atau anak sholeh yang mendo’akannya”, tidaklah dipahami bahwa do’a yang manfaat hanya dari anak saja. Bahkan do’a kebaikan orang lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat insya Allah. Oleh karena itu, kaum muslimin disyari’atkan melakukan shalat jenazah terhadap mayit lalu mendo’akan mayit tersebut walaupun mayit itu bukan ayahnya.

Keenam: Dalam hadits terdapat isyarat adanya keutamaan menikah, juga terdapat dorongan untuk menikah dan memperbanyak keturunan supaya mendapatkan keturunan sholeh (sehingga bermanfaat nantinya ketika kita telah meninggal dunia, pen).

Penjelasan hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara

Perlu kita ingat bahwa 'pemahaman' suatu apapun itu akan berbeda makna tergantung dari dari mana kita mengambil sumbernya sebuah ukuran,dalam arti semua ilmu akan memiliki makna berbeda sesuai dengan ukuran yang dipilihnya.Sudah menjadi kewajiban sebagai umat muslim,kita harus menjadikan Al-Qur'an,Assunnah dan ijma' sebagai ukuran dalam memahami segala sesuatu,baik itu menyangkut urusan di dunia maupun untuk urusan di akhirat kelak.
Jika suatu pemahaman hanya didasarkan pada ukuran hawa nafsu,popularitas,kekuasaan dan baik semata maka bersiaplah kita akan tersesat didalamnya.

Barang siapa yang Allah kehendaki baik dalam hidupnya adalah Allah telah meluruskan pemahaman dalam agamanya,begitu sebaliknya.Oleh karena itu,mari kita jaga hati,lisan dan sikap kita atas ilmu yang belum kita pahami seutuhnya.Namun seperti yang Rosulalloh sabdakan bahwa kita tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan kitabulloh dan assunnah.

Seperti bagaimana para ulama telah memahami hadits ini,sudah menjadi ijma' (kesepakatan) bahwa 
seseorang yang telah meninggal maka terputuslah amalnya,kecuali 3 hal yakni amal jariyyah,ilmu yang bermanfa'at dan anak sholeh yang selalu mendo'akannya.
1.Shodaqoh Amal Jariyyah

Seseorang yang telah wafat atau meninggal dunia akan mendapatkan pahala yang yang terus mengalir dari 
amal jariyah yang telah ia sodaqohkan selama hidupnya.
Misal selama hidup ia memberikan sedekah amal untuk pembangunan masjid,pembuatan sumur,sedekah mobil jenazah dan lain sejenisnya.Selama sesuatu itu yang ia tinggalkan masih bermanfaat untuk masyarakat sebagai penunjang mengunduh pahala,maka ia (seseorang yang telah meninggal tersebut) akan terus mendapatkan pahalanya,tentu seseorang tersebut memiliki akidah dan ketauhidan yang benar.
Apakah pahala akan sampai kepada si mayyit dari shodaqoh yang diwakilkan?

Sesuai dengan ilmu syar'i,tentu sampainya pahala ini pada ahli kubur harus berdasarkan ukuran Al-Qur'an dan sunnah serta ijma' para ulama salafush shaleh.Diantaranya,pahala tetap sampai pada ahli kubur meskipun shodaqoh diwakilkan oleh seseorang yang masih hidup dengan catatan amal jariyyah tersebut diniatkan untuk si mayyit,dan hal ini tentu harus sesuai dengan ilmu syar'i mengingat kita juga harus mengetahui syarat diterimanya sebuah amal,seperti terhindar dari kebid'ahan dan syirik.


2.Ilmu yang Bermanfaat

Inilah mengapa Islam sangat menekankan kepada kita untuk selalu beramar ma'ruf nahi munkar dan menekankan untuk senantiasa menjaga lisan kita.Karena ketahuilah saudaraku,sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.
Misal selama hidup ia meninggalkan ilmu tentang mencari keselamatan hakiki dan senantiasa beramar ma'ruf nahi munkar,melakukan dakwah Islam yang murni sesuai ilmu syar'i,menuliskan buku tentang ilmu-ilmu agama (tauhid,fiqh,akidah,dll),membuat situs atau blog yang memberikan ilmu syar'i yang bermanfaat dan lain sebagainya.
Begitu juga ilmu yang kita turunkan pada anak dan cucu kita,saudara-saudara kita dan sesama.

Disini dapat kita lihat,bagaimana kita akan mempertanggungjawabkan jika ilmu yang kita sampaikan selama hidup jauh dari kebenaran justru sebaliknya mengajak pada kemungkaran,misal membuat situs pornografi,situs-situs penghujat Islam,dll?Na'udzubillah.

3.Anak sholeh yang senantiasa selalu mendo'akannya

Hal dan perkara yang ketiga inilah yang menjadi pro kontra dan menghasilkan pemahaman yang berrbeda-beda,mengapa hal ini bisa terjadi?
Betul akhi,karena pemahaman yang didasarkan ukuran diluar Al-Qur'an,sunnah dan ijma' maka akan menghasilkan praktek-praktek yang justru membuat hati kita bertambah kotor.

Oleh karenanya,

Kita harus benar-benar memahami syarat-syarat diterimanya amal dan harus mengerti benar dibangun diatas dasar apa agama yang kita cintai ini.Islam dibangun berdasarkan dalil,kita puasa,zakat,haji,shalat,wudhu,dll semua itu berdasarkan dalil.Ada dalil yang memerintahkan kita untuk itu,karena memang Islam dibangun berdasarkan dalil.Tak ada dalil buat apa kita lakukan?
Jika kita hanya beranggapan Islam ini diturunkan hanya untuk menyempurnakan akhlak saja,saya kira semua agama mengatur untuk itu.Banyak kaum kuffar yang berakhlak baik,namun apa tujuan diutusnya seorang Rasul? betul akhi,untuk mentauhidkan,mengEsakan Allah Subhanahu wa Ta'ala.Semata-mata ibadah kita,amal kita,do'a kita semata-mata ditujukan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hanya Allah-lah dzat yang harus kita sembah.
Secara otomatis,dengan hati kita yang mencoba mengindarkan diri dari syirik,kita akan mencari tahu amal seperti apa yang diridhoi dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Lantas amal seperti apa?
Sesuai dengan bunyi hadits,

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ: تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِوَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ
جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُنَا مِنْهُ عِلْمًا. قَالَ:
فَقَالَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ
إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.

Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.”
[HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no. 2676), dari Shahabat al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Irwa-ul Ghaliil, no. 2455.]
Jadi,jika ada amalan yang tidak ada penjelasandari Al-Qur'an,sunnah dan ijma' buat apa kita lakukan? kini kembali pada permasalahan anak sholeh yang senantiasa selalu mendo'akannya,jika amalan bid'ah akan tertolak (ini jelas berdasarkan hadits yang shahih) maka masihkan kita sebagai orang tua menginginkan do'a dari anak kita yang masih berbalut bid'ah setelah kita meninggal nanti?
Tak inginkah kita menurunkan ilmu syar'i pada anak-anak kita sebagai bekal hidupnya dan do'a anak kita untuk kita setelah kita tak lagi menginjak dunia ini?
Itulah sebabnya praktek dan amalan-amalan yang tak ada tuntunannya namun berniat untuk mendapatkan pahala seperti tahlilan dan ritual-ritual yang berbalut bid'ah lebih disukai syetan.

Sepintas memang apa yang dilakukan dalam tahlilan adalah baaik,namun coba kita renungkan,

Apakah para sahabat melakukannya?jikalau itu memang baik mengapa sahabat tak pernah melakukannya?

A:
Tapi ini khan tradisi mas?..

B:apakah kita akan mendo'akan dan mengirimkan pahala pada simayyit hanya berdasarkan sebuah tradisi?

Masihkah kita tega menyantap makanan dari keluarga yang terkena musibah ini?

A:
ah,itu aja khan saya juga niatkan atas nama simayyit mas dan saya ikhlas kok ga ngersa terbebani..

B:apakah belum sampai kepada anda bahwa '
Allah tidak akan menerima amal seseorang yang menyekutukan Allah dan mengingkari apa-apa yang dibawa oleh RasulNya?

A:
lalu apa hubungannya?..

B:bagaimana anda bisa mengatakan telah mentauhidkan Allah dan tidak mengingkari apa yang telah disampaikan Rasulalloh sedang anda mesih melakukan praktek bid'ah?

Membaca Al-Qur'an,Dzikir (tahlil) justru kita diwajibkan untuk itu,namun harus kita kerjakan sesuai dengan pada tempatnya,seperti apa? YAKNI seperti apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasulalloh melalui hadits-hadits yang shahih,pemahaman para salafush shaleh dan ijma' atau kesepakatan para ulama tentang ilmu syar'i masalah ini.
Jadi,masih relakah kita jika anak kita nanti melakukan praktek bid'ah dalam mendo'akan kita sebagai orang tua setelah kita mati nanti?

Belum lagi apa yang akan kita pertanggungjawabkan atas apa yang kita turunkan kepada anak cucu kita,semoga Allah menjadikan kita hamba yang senantiasa takut dan taqwa kepadaNya,dijadikan kita mati dalam khusnul khatimah,ditunjukkan kita dalam jalan yang lurus dan menguatkan kita dalam bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'la.


Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.